top of page
  • White YouTube Icon
Search

Pantai Ngobaran, Keindahan Perbedaan

  • Writer: Makna Ruang
    Makna Ruang
  • Apr 28, 2018
  • 2 min read

Pantai Ngobaran, Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Indonesia memiliki banyak pantai yang indah dengan pasir yang putih dan air laut yang berwarna biru. Namun saya tidak akan membahas keindahan pantai dari warna pasir dan air laut Pantai Ngobaran, melainkan makna dari nama Pantai Ngobaran dan kebhinekaan dalam keberagaman yang dimiliki oleh pantai ini.


Awalnya, saya dan sepupu-sepupu saya datang ke pantai ini untuk mengabadikan terbitnya matahari. Cuaca saat itu mendung, dan matahari tertutup dengan awan. Karena gagal mendapatkan matahari terbit saya pun berjalan mengelilingi pantai sambil mengambil foto dan video di beberapa spot dalam area pantai ini. Kekecewaan saya karena awan tebal yang menutupi matahari terbit semakin hilang karena saya mendapatkan objek foto dan video baru. Tempat-tempat ibadah berbagai agama dan aliran kepercayaan dibangun berdekatan langsung menarik perhatian saya. Saya pun langsung mendokumentasikan beberapa tempat ibadah dengan kamera saya.


Karena keterbatasan waktu, saya tidak bisa mendokumentasikan semua tempat ibadah. Dan saat dalam perjalanan pulang saya pun penasaran dan mulai mencari artikel-artikel berita di internet yang membahas pantai ini. Ternyata, pantai ini memiliki makna sejarah di balik namanya. Berdasarkan travel.detik.com, awal ceritanya saat zaman Prabu Brawijaya V sebagai raja terakhir Kerajaan Majapahit.


Saat itu, popularitas Kerajaan Demak dibawah kepemimpinan Raden Patah, anak dari Brawijaya, sedang menanjak. Pengikut aliran Kejawan merujuk pada salah satu purta Prabu Brawijaya V yang bernama Bondhan Kejawan. Berdasarkan cerita legenda masyarakat setempat, Brawijaya tidaklah meninggal, tapi muksa. Brawijaya melakukan upacara muksa dengan cara membakar diri, dan kobaran api dari upacara tersebut menjadikan nama pantai ini Ngobaran.


Selain asal-usul nama pantai, keberagaman agama dan aliran kepercayaan masyarakat di pantai ini juga menarik perhatian saya. Keberagaman ini terlihat dari banyaknya tempat ibadah untuk macam-macam agama dan aliran kepercayaan. Musholla, Pura, Wihara, dan juga tempat ibadah kejawen, berdiri di tempat ini dengan jarak yang berdekatan.


Penduduk sekitar pantai ini hidup dengan damai dan bebas beribadah sesuai dengan agama dan aliran kepercayaan yang mereka miliki. Seperti yang dikatakan oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul, Saryanto, pada 19 September 2017 dalam wawancara yang dilakukan oleh TribunJogja.com, "Di sini banyak tempat peribadatan untuk bermacam-macam agama dan kepercayaan. Musholla, Pura, Vihara, kejawen, semuanya dapat bebas beribadah dan hidup dengan damai".


Suryanto juga menyatakan bahwa masyarakat di sekitar pantai ini hidup berdampingan dan saling menghormati satu sama lain dengan latar belakang agama dan kepercayaan yang berbeda. Ia juga mengatakan bahwa tidak pernah terjadi konflik antar pemeluk agama dan penganut kepercayaan. Karena itu, Pantai Ngobaran dikembangkan oleh pemerintah sebagai kawasan wisata Kebhinekaan.


Setelah membaca beberapa artikel tersebut saya mendapatkan pelajaran penting dari penduduk sekitar Pantai Ngobaran. Keberagaman bukanlah suatu sumber masalah, itu semua tergantung bagaimana kita menyikapinya. Saling menghormati satu sama lain, memang terdengar klasik. Tapi sikap saling menghormati satu sama lain lah yang tetap mebuat penduduk sekitar pantai ini hidup berdampingan dengan latar belakang agama dan aliran kepercayaan yang berbeda.



Sumber:

https://travel.detik.com/dtravelers_stories/u-1845591/masjid-aolia-bangunan-unik-bersejarah-di-pantai-ngobaran/3

http://jogja.tribunnews.com/2017/09/19/pantai-ngobaran-didaulat-menjadi-wisata-kebhinekaan

 
 
 

Comments


bottom of page